Senin, 10 Juni 2013

Zaid Bin Tsabit (part 3)

Zaid Bin Tsabit (part 3)

Zaid bin Tsabit berkata, "Demi Allah, ini adalah pekerjaan yang berat. Seandainya kalian memerintahkan aku untuk memindahkan sebuah gunung, rasanya itu lebih ringan daripada tugas menghimpun al Qur'an yang engkau perintahkan tersebut!!" 
Seperti halnya Abu Bakar, akhirnya Zaid bisa diyakinkan akan pentingnya pekerjaan tersebut demi kelangsungan Islam di masa mendatang. 
Zaid bin Tsabit sendiri sebenarnya hafal al Qur'an dari awal sampai akhirnya, bahkan Nabi SAW sendiri sering mengecek hafalannya. Namun demikian, ia tidak mau menggunakan hafalannya saja. Ia berjalan menemui para sahabat yang mempunyai catatan dan hafalan, mengumpulkan catatan yang terserak pada kulit, tulang, pelepah kurma, daun dan sebagainya dan juga membandingkannya dengan hafalan para sahabat tersebut. Setelah semua terkumpul dan dicek ulang dengan hafalannya dan juga hafalan para sahabat, Zaid menuliskannya lagi dalam lembaran-lembaran dan menyatukannya dalam satu ikatan. Semuanya disusun menurut urutan surat dan urutan ayat-ayat seperti yang pernah di-imla'-kan (didiktekan) Nabi SAW kepadanya. Inilah mushhaf pertama yang dibuat dalam Islam, dan peran Zaid bin Tsabit sangat besar dalam penyusunannya. Ia menghabiskan waktu hampir satu tahun untuk menyelesaikannya. 
Al Qur'an diturunkan dengan tujuh macam bacaan (qiraat sab'ah). Hal ini memang diminta Nabi SAW sendiri untuk kemudahan umat beliau yang karakter lafal dan ucapannya berbeda-beda, sehingga jika telah cocok dengan salah satu bacaan (qiraat) tersebut sudah dianggap benar. Di masa Nabi SAW hidup dan Islam masih di sekitar jazirah Arab, hal itu tidak jadi masalah. Tetapi ketika wilayah Islam makin meluas ke Romawi, Persia dan tempat-tempat lainnya, sementara pemeluk Islam juga makin beragam dari berbagai bangsa, bukan hanya Arab, hal itu bisa menimbulkan perpecahan. 

Isra dan Mi’raj

Isra dan Mi’raj

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Apa kabar sahabat semua? Semoga selalu sehat dan selalu ingat untuk bersyukur…
Tau ga, sebentar lagi ada event apa? Yup! Isra Mi’raj. Ngomong – ngomong soal Isra Mi’raj, pada tau ga nih asal usulnya? Wah, jangan – jangan belum pada tau. Atau ada yang udah tau tapi lupa lagi? Hm… yuk, kita bahas sama – sama. Supaya rasa cinta kita terhadap Rasulullah makin besar. Simak yaa…
Ketika itu adalah tahun kesedihan (‘amul huzni) bagi Nabi Muhammad SAW. Pada tahun itu, paman yang sangat dicintainya, Abu Thalib wafat. Disusul istri tercintanya Khadijah, wafat. Dan untuk menghibur Nabi, Allah SWT memerintahkan beliau untuk melakukan Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram (di Mekkah) ke Masjidil Aqsa (di Al Quds) wah, jauh ya...? Yang dilanjutkan ke lapisan langit paling atas (Sidratul Muntaha), yang makhluk manapun takkan bisa menembusnya walau dengan teknologi canggih sekalipun. Dan semua itu dilakukan hanya dalam waktu sehari semalam. Subhanallah… keren banget ya?   
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda – tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” Qs. Al Isra’ : 1
Ada yang tau oleh – oleh yang dibawa Rasulullah buat kita sepulang dari Sidratul Muntaha? Yup, bener banget!  Perintah Sholat… 
Tau ga sahabat, dulu itu Allah memberikan perintah sholat wajib sebanyak 50 kali sehari semalam. Kebayang deh, gimana repotnya. Kemudian Rasulullah minta keringanan, karena khawatir sholat wajib dengan jumlah sebanyak itu akan memberatkan umatnya alias kita ini. Sholat wajib sehari semalam pun di kurangi, hingga akhirnya cuma 5 kali sehari semalam. Nah, sholat wajib yang 5 kali sehari semalam ini sudah hasil penawaran yang paling ringan. Dengan harapan umat Rasulullah tidak merasa berat melaksanakannya. Ada yang masih bolong – bolong ga nih sholatnya? Kalo ada yang masih bolong, perbaiki ya…
Adapun hikmah dibalik peristiwa Isra Mi’raj yaitu :
1. Bahwa Nabi Muhammad adalah satu-satunya Nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq AS. Inilah yang menyebabkan Yahudi dan Kristen menolak Nabi Muhammad, karena mereka melihat asal usul keturunannya (nasab). Alasan mereka itu sangat tidak ilmiah, dan kalau memang benar, mereka berarti rasialis, karena melihat orang itu dari keturunannya. Hikmah lainnya adalah, bahwa Nabi Muhammad berdakwah di Mekah, sedangkan Nabi yang lain berdakwah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Muhammad SAW sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan “golongan” Ibrahim dan merupakan sempalan. Bagi kita sebagai muslim, tidaklah melihat orang itu dari asal usulnya, tapi dari ajarannya.
2. Hikmah berikutnya adalah, Allah dengan segala ilmu-Nya mengetahui bahwa Masjidil Aqsha adalah akan menjadi sumber sengketa sepanjang zaman setelah itu. Mungkin Allah ingin menjadikan tempat ini sebagai “pembangkit” ruhul jihad kaum muslimin. Kadangkala, kalau tidak ada lawan itu semangat jihad kaum muslimin “melemah” karena terlena, dan dengan adanya sengketa tersebut, semangat jihad kaum muslimin terus terjaga dan terbina.
3. Berikutnya, Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Nabi SAW. Pada Al Qur’an surat An Najm ayat 12, terdapat kata “Yaro” dalam bahasa Arab yang artinya “menyaksikan langsung”. Berbeda dengan kata “Syahida”, yang berarti menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung, karena pada saat itu dakwah Nabi sedang pada masa sulit, penuh duka. Oleh karena itulah pada peristiwa tersebut Nabi Muhammad juga dipertemukan dengan Nabi-nabi sebelumnya, agar Muhammad SAW juga bisa melihat bahwa Nabi yang sebelumnya pun mengalami masa-masa sulit, sehingga Nabi SAW bertambah motivasi dan semangatnya.
4. Perintah Shalat. Pada Isra’ Mi’raj, Allah SWT memberikan perintah shalat wajib. Dan shalat Subuh adalah shalat yang pertama kali diperintahkan. Karena peristiwa Isra’ Mi’raj sendiri terjadi pada saat malam hari. Subuhnya Rasulullah sudah tiba kembali di tempat semula. Mungkin ini juga hikmah bagi kita semua, karena shalat Subuh adalah shalat yang sulit untuk di laksanakan, di mana pada saat itu banyak manusia yang masih terlelap dalam tidurnya.
Nah, itu dia sedikit ulasan mengenai Isra Mi’raj. Semoga keimanan kita menguat ketika mengingat kembali perjuangan Rasulullah dalam melaksanakan dakwahnya. Sekian, semoga bermanfaat.
Wallahualam.


Sumber : www.dakwatuna.com

Followers

@alkautsar_unpak